MENDIDIK ANAK BERTANGGUNG JAWAB | Cara Pikir Anak: Kabur = Tidak Lagi Dimarahi

MENDIDIK ANAK BERTANGGUNG JAWAB

MENDIDIK ANAK BERTANGGUNG JAWAB | Kasus anak-anak yang kabur dari rumahnya setelah dimarahi oleh orangtuanya makin banyak terjadi. Anak-anak yang kabur ini biasanya berpikir kalau ia kabur berarti tidak lagi dimarahi dan persoalannya selesai.

Psikolog anak, Alzena Masykouri, MPsi menuturkan sebenarnya yang memilih untuk kabur sudah bukan anak lagi tapi masuk usia pra remaja, sehingga seringkali berpikir singkat dan tidak dipertimbangkan sebab akibatnya.

"Pilihannya pun biasanya bersifat instan. Dalam benaknya, kabur sama dengan tidak lagi dimarahi," ujar Alzena saat menjawab detikHealth, Selasa (31/1/2012).

Alzena mengungkapkan anak yang kabur tidak hanya terjadi pada anak-anak yang memiliki sifat pemberontak, karena anak yang pendiam dan tenang pun bisa memilih kabur dari rumah bila ia merasa situasi dan kondisinya tidak lagi nyaman untuknya.

Meski begitu bukan berarti anak tidak boleh dimarahi atau diberi tahu kesalahannya, karena memberi tahu kesalahan anak tetap harus dilakukan orangtua. Namun hal yang terpenting adalah bagaimana cara mengkomunikasikannya pada anak agar tidak melukai harga dirinya.

"Memarahi dengan kasar tentu saja tidak bisa dibenarkan. Tujuan memarahi anak adalah memberitahukan kesalahannya dan berdiskusi agar anak bisa memperbaiki kesalahannya," ungkap psikolog dari Klinik Kancil.




Alzena menjelaskan kasar secara fisik maupun verbal biasanya adalah luapan emosi orangtua. Bila orangtua merasa marah, sebaiknya luapkan dulu kemarahannya dengan cara adaptif, kalau sudah tenang lakukan diskusi dengan anak.

"Orangtua yang marah ini sangat manusiawi, tapi lakukan tanpa emosi dan perlakukan anak sesuai dengan usianya," ujar psikolog lulusan Magister psikologi UI tahun 2002.

Tindakan tegas tetap perlu, tapi lakukan perjanjian terlebih dahulu dengan anak mengenai bagaimana pola pemberitahuan atau peringatannya. Teguran yang dilakukan bila perlu diikuti dengan konsekuensi. Alzena mengingatkan konsekuensi akan berhasil bila dilakukan secara konsisten.

"Anak tetap tanggung jawab orangtua. Jika anak terlanjur kabur dan berhasil ditemukan, jalin lagi komunikasi dengan anak dan perbaiki kesalahan-kesalahan dari kedua belah pihak," ujar Alzena.

mendidik anak berkebutuhan khusus di sd biasa
LihatTutupKomentar